Monday 3 August 2009

membedakan Fakta dan Opini

Kaya Rasa Kaya Makna

"Cangkul, cangkul, cangkul yang dalam:..." 
Kemiskinim badan berjumpa kemiskinan batin, demikian seorang murid mendengar bisikan gurunya pada akhir meditasi.

Rumah sakit yang seyogianya menjadi tempat penyembuhan, tidak saja mahal, malah mengirim pasiennya ke penjara Sekolah yang dulu menggembirakan, kini pada saat ujian dijaga polisi, Bahkan, terjadi berbagai penangkapan, menakutkan.

Sekolah yang indah

Di banyak tempat, ditemukan home schooling. Anak-anak takut ke sekolah karena dipukuli teman, guru galak, pekerjaan rumah yang tidak ada habisnya. Ini memberi inspirasi, saatnya merekonstruksi sekolah agar indah.
Di sebuah pelatihan sopir taksi pernah dilakukan latihan memberi yang menarik. Pada hari pertama peserta diminta membawa nasi bungkus karena tidak disediakan makan siang. Peserta berlomba membawa makanan yang enak. Ketika makan, peserta diminta meletakkan nasinya di kelas sebelah untuk dimakan peserta sebelah. Sementara yang bersangkutan memakan makanan yang dibawa orang lain.

Pada hari kedua juga diminta membawa nasi bungkus. Setelah tahu kalau nasi yang dibawa untuk kelas sebelah, banyak yang membawa nasi seadanya. Tidak sedikit hanya membawa nasi putih saja. Ternyata aturannya berubah, peserta harus memakan nasi yang dibawa sendiri:

Yang ingin diilustrasikan di sini, menyangkut perut sendiri betapa borosnya manusia memberi, bahkan banyak yang stroke. Namun terkait perut orang, betapa sedikit yang diberikan. Tiba-tiba para sopir tersentak, betapa egoisnya hidup. Ego inilah yang menciptakan penderitaan. Maka ada guru yang berpesan: "Memberi, memberi, memberi. Lihat bagaimana hidupmu menjadi sejuk dan lembut setelah rajin memberi".

Di sekolah guru boleh meniru pola pelatihan sopir itu, bisajuga mengajak anak didik ke panti asuhan, bermain bola bersama anak karnpung. lntinya, menyadarkan pentingnya memberi.
Dalarn bahasa manusia jenis ini, saat memberi sebenarnya orang tidak saja mengurangi beban pihak lain, tetapijuga sedang membangun potensi kebajikan dalam diri. lni yang kelak memanearkan kebahagiaan.

Tiga tangga pemberian

Pemberian terdiri tiga tangga.
Pertama, semua makhluk sarna dengan kita: "mau bahagia, tidak mau menderita". Karena itu, jangan pernah menyakiti.

Kedua, para makhluk lebih penting. nasi, udara, pekerjaan, semua yanb memungkinkan hidup berputar, dihasilkan makhluk lain. Binatang bahkan terbunuh agar manusia bisa makan daging.
Untuk itu, banyaklah menyayangi.

Dari menanam pohon, melepas hurung, menyayangi keluarga, bekelja jujur, tulus, sarnpai memberi beasiswa ,mak-anak miskin.

Ketiga, karena semua makhluk lebih penting, belajarlah memheri kebahagiaan, mengambil sebagian penderitaannya Perhatikan doa Santo Fransiskus dari Asisi.
Beri saya kesempatan menjadi budak perdarnaian. Di mana ada kegelapan kemarahan, biar saya hadir membawa eahaya kasih. Di mana ada bara api kebencian, biar batin ini muneul membawakan air suci memaafkan. Mistikus sufi Kabir berkata, "Nur terlihat hanya beberapa detik, tetapi ia mengubah seorang penyemball menjadi pelayan." Dalai Lama kerap menitikkan air .mata saat membaeakan doa ini, "Semasih ada ruang, semasih ada makhluk lzinkan saya terus terlahir ke tempat ini agar ada yang membantu semua makhluk keluar dari penderitaan." Penggalan lagu di awal tulisan mengingatkan, dengan meneangkul yang dalarn, akar-akar pohon membantu batang, daun, bunga, dan buah bertumbuh: Kehidupan manusia juga serupa. Hanya pemberian yang memungkinkan seseorang "meneangkul hidupnya" seeara mendalam. Hasilnya, bunga kehidupan mekar: kaya rasa, kaya makna. Sampai di sini, guru berbisik: bal1kan kematian pun bisa berwajah menawan.

Pertama, bagi yang terhiasa memberi (melepaskan), tidak lagi tersisa kelekatan yang membuat kematian menakutkall. Kematian menakutkan karena manusia belum terbiasa melepaskan.
Kedua, melalui kematian manusia melaksanakan kesempurnaan pemberian. Jangankan uang; tubuh pun diikhlaskan.

Tubuh menyatu dengan tanah, ikut menghidupi makhluk di bumi karena menghasilkan padi, sayur, buah. Unsur air bergabung dengan air agar makhluk tidak kehausan. Unsur api menyatu dengan api agar makhluk bisa memasak. Unsur udara hersatu dengan udara agar makhluk bisa bernapas. Unsur jiwa (ada yang menyebut kesadaran) menyatu dengan semua jiwa (kesadaran) agar semua makhluk teduh. lnilah kematian yang menawan.

Melalui kematian manusia bukan kehilangan, malah memberikan.

Guru, semoga ada pemimpin yang tertarik meneangkul hidupnya seeara mendalam. Lalu tersentuh untuk meringankan beban mereka yang kerap menangis oleh biaya sekolall, biaya berobat, biaya menemukan keadilan yang serba mahal.

  • Contoh Opinidalam tulisan di atas :

Yang ingin diilustrasikan di sini, menyangkut perut sendiri betapa borosnya manusia memberi, bahkan banyak yang stroke. Namun terkait perut orang, betapa sedikit yang diberikan. Tiba-tiba para sopir tersentak, betapa egoisnya hidup. Ego inilah yang menciptakan penderitaan. Maka ada guru yang berpesan: "Memberi, memberi, memberi. Lihat bagaimana hidupmu menjadi sejuk dan lembut setelah rajin memberi".

  • Contoh Fakta  dalam tulisan di atas :

Rumah sakit yang seyogianya menjadi tempat penyembuhan, tidak saja mahal, malah mengirim pasiennya ke penjara Sekolah yang dulu menggembirakan, kini pada saat ujian dijaga polisi, Bahkan, terjadi berbagai penangkapan, menakutkan.

-->Tanggapan :

Fakta: merupakan kejadian nyata yang benar-benar terjadi.
Opini: merupakan sesuatu yang bersifat pendapat mengenai sesuatu dan belum tentu benar.

No comments:

Post a Comment